Nelayan Banten Utara yang Makin Termarginalkan Oleh Dunia Industri
Rabu, 2 April 2025

Iklan Semua Halaman

Nelayan Banten Utara yang Makin Termarginalkan Oleh Dunia Industri

Senin, 13 Juli 2020


CILEGON— Semakin padatnya dunia industri di pesisir Banten Utara, tepatnya di kawasan Kota Cilegon dan Kabupaten Serang, membuat masyarakat pesisir yang dulu mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, lambat laun makin termarginalkan saja keberadaannya. Padahal nelayan merupakan profesi yang sudah sekian abad bahkan milenium lamanya turun menurun.

Tertutupnya akses nelayan ke pesisir oleh keberadaan pagar raksasa dunia industri yang di dominasi usaha pabrik, kepelabuhanan, pembangkit listrik dan sebagainya yang membuat banyaknya reklamasi dalam beberapa dekade terakhir ini di kawasan tersebut.

Hal ini, membuat para nelayan banyak kehilangan target tangkapan karena hilangnya tambak, pohon bakau serta rusaknya terumbu karang serta hilangnya biota di kawasan pesisir seperti udang, kepiting, kerang, ikan muara dan sebagainya. Sehingga memaksa nelayan harus jauh ke tengah untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan.

Selain itu, padatnya perlintasan dan tambatnya kapal-kapal besar di perairan dan pesisir Banten Utara sangat jelas mengganggu aktifitas para nelayan saat melaut mencari ikan. Tak jarang alat tangkap nelayan seperti jaring, pancing, bubu yang tersangkut jangkar dan baling-baling kapal raksasa, mulai dari kapal tanker, cargo, tongkang, angkutan orang dan kendaraan. Dan yang paling beresiko bagi nelayan adalah perahu kecil yang ditumpanginya tertabrak oleh kapal-kapal raksasa tersebut.

Tak sedikit pula masyarakat nelayan di Banten Utara yang beralih profesi bekerja di pabrik atau pelabuhan karena makin sulitnya mencari ikan di laut dan tergusurnya pangkalan mereka karena pembebasan lahan pesisir oleh industri. Minimnya regenerasi nelayan juga jelas makin mengancam eksistensi nelayan di Banten Utara.

"Bagaimana juga nelayan harus terus ada, usaha ini sudah ada diwariskan oleh nenek moyang kita, maka harus terus dijaga dan dilestarikan terus walaupun makin sulit cari ikan karena kondisi pesisir padat industri," kata salah satu nelayan yang enggan disebutkan namanya kepada Warta Albantani, belum lama ini.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, Salimudin membenarkan hal tersebut, bahkan beberapa pangkalan di wilayahnya tergusur dan direlokasi di tempat yang sempit dan sangat tidak memadai.

"Beberapa pangkalan sudah digusur, salahnya ada saja temen-temen nelayan yang tergiur uang ganti rugi dari pemilik modal," ungkapnya, Minggu (12/7/2020).

Bahkan ia menceritakan makin banyaknya kendala yang harus diterima nelayan di Banten Utara. Diantaranya, selain karena makin padatnya industri tersebut, masih banyak nelayan yang memiliki perahu kecil.

"Kalau dulu mah perahu kecil juga karena di deket pantai masih banyak ikan dan hasil tangkapan yang melimpah. Sedangkan dengan kondisi laut dan pesisir saat ini bakau hilang, padat industri, banyak kapal besar, untuk mendapatkan hasil kita harus jauh ke tengah," jelas pria yang akrab disapa Kang Salim ini.

Pihaknya berharap pemerintah dan para pelaku usaha di kawasan pesisir Banten Utara untuk membantu memberikan perahu yang repsesentatif kepada nelayan, ia meminta agar keberadaan nelayan dihargai dan tidak diganggu.

"Nelayan sudah makin terpinggirkan, harusnya mereka peduli dan membantu kami, dan tolong hargai kami, beri kami ruang, kami berdaulat menjaga usaha nenek moyang, kami ikut menjaga keamanan di laut," harapnya.

"Dan kami juga setia dalam panas terik, hujan badai bekerja untuk menyajikan hidangan lezat (seafood) kepada orang-orang besar pemangku otoritas negara dan pengusaha. Tolong jangan ganggu usaha kami," tegasnya. (*/Red)

#BeritaPopuler
close