Begini Tahapan Proses Pembuatan Film GEGER CILEGON, Berjudul "PERISTIWA BERDARAH 9 JULI 1888.
Selasa, 22 April 2025

Iklan Semua Halaman

Begini Tahapan Proses Pembuatan Film GEGER CILEGON, Berjudul "PERISTIWA BERDARAH 9 JULI 1888.

Jumat, 01 Oktober 2021
Pengelola Film Peristiwa Berdarah 9 Juli 1888, Bambang Irawan

DENGAN anggaran pembuatan film dengan swadaya masyarakat Banten, dengan konsep "Gerakan Dua Ribu Rupiah, para sejarahwan berupaya untuk mengangkat sejarah gelora perjuangan rakyat di tatar Banten Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari gerakan kebersamaan ini adalah guna mengangkat peristiwa sejarah di Banten yang telah terkubur hampir satu setengah abad, serta sekaligus ingin mengajak masyarakat untuk mencintai sejarahnya sendiri.

Alur cerita dalam film ini dibuat sesuai berdasarkan data sejarah yang tertulis didalam buku Pemberontakan Petani Banten 1888, karya Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. Adapun untuk dialog serta pengembangannya, saya tulis sendiri berdasarkan pengamatan dari tradisi serta budaya masyakat Banten pada masa silam. Hanya untuk dialog pokok menggunakan bahasa Indonesia, sementara bahasa Jawa Banten hanya selingan (peran pembantu atau figuran).

Film ini menceritakan tentang kerinduan rakyat Banten terhadap situasi dimasa silam ketika kesultanan Banten masih menjalankan fungsinya sebagai sebuah pemerintahan. Namun karena eksistensi kesultanan Banten dihapuskan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1813, bahkan sebelumnya fisik bangunan keraton kesultanan (benteng dan Surosowan) sendiri sudah dirobohkan pada tahun 1808 oleh gubernur jenderal Herman Willem Daendels, maka sejak saat itu masyarakat Banten seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Dan seiring dengan berjalannya waktu, serta dipengaruhi oleh khotbah-khotbahnya Kiyai Haji Abdul Karim (Tanara), kemudian terbangunlah sebuah gerakan pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh para kiyai dari seantero Banten. Sebenarnya gerakan revolusi di Banten ini sempat meredup karena sang penggagas harus meninggalkan Banten, pada tahun 1876 dan menetap di tanah suci Mekah (sampai akhir hayatnya), karena menggantikan posisi Khatib Sambas sebagai pimpinan umum tarekat kadiriyah; yang berpusat di Mekah.

Namun dengan kembalinya Haji Tubagus Ismail dari tanah suci Mekah pada tahun 1883, dan ia adalah salah seorang murid Kiyai Haji Abdul Karim, kemudian gerakan perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda itu tumbuh kembali. Terlebih lagi ketika Haji Wasid begitu antusias dengan adanya rencana pemberontakan yang bertujuan untuk merebut kemerdekaan serta mendirikan sebuah pemerintahan yang berdaulat di Banten ini akhirnya kembali mengemuka. Dan gerakan ini kemudian semakin matang setelah kedatangan Haji Marjuki dari tanah suci Mekah, yang kemudian mengajak Haji Arsyad Thawil, salah seorang kerabatnya yang juga berdomisili di Mekah, yang sudah lebih dulu tiba di Banten dengan maksud untuk mengunjungi sanak familinya.

Sejak saat itu pertemuan-pertemuan semakin gencar dilaksanakan, yang lokasinya berpindah-pindah dari Tanara, Kaloran, Terate, Beji dan Saneja. Mereka terus mematangkan rencana perang suci yang bertujuan untuk merebut kemerdekaan serta membangun kembali kesultanan Banten yang sudah porak-poranda selama lebih dari 50 tahun dan hanya tinggal puing-puingnya saja . 

Dan tentu saja untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan Hindia Belanda itu tidak mudah, oleh karenanya perlu perhitungan yang cermat serta persiapan yang matang dan waktu yang panjang. Namun karena pada akhir bulan Juni 1888, terjadi insiden perobohan sebuah menara langgar milik H. Makid di Jombang Wetan, dan dari sanalah kemudian timbul silang pendapat antara H. Wasid dengan H. Marjuki. 
Menurut H. Marjuki bahwa perjuangan masih harus memerlukan waktu, karena persenjataan serta pendanaan masih belum memungkinkan. Sementara H. Wasid punya rasa tanggung-jawab moral terhadap H. Makid yang mendesak dirinya agar pemberontakan segera dilaksanakan, karena kebijakan asisten residen Gubbels dirasakan sudah sangat merugikan masyarakat Cilegon dan telah menyinggung perasaan keagamaan umat Islam, karena adanya larangan adzan dengan suara keras dan diberlakukannya larangan mengadakan hajatan yang diiringi oleh aktifitas keramaian, berupa arak-arakan atau pagelaran musik kendang pencak dan qasidahan.

Haji Wasid berupaya untuk meyakinkan sahabatnya itu (H. Marjuki) bahwa semakin mengulur waktu dikhawatirkan akan melemahkan gerakan perjuangan. Namun Haji Marjuki tetap pada pendiriannya, bahkan selang beberapa hari sejak muyawarah itu berlangsung, yang diadakan rumahnya H. Mohamad Singadeli, di Kaloran, Serang, akhirnya Haji Marjuki meninggalkan Banten dan kembali ke tanah suci Mekah, dengan pesan terakhirnya bahwa ia akan kembali bersama kiyai Agung (Haji. Abdulkarim) beserta para ulama yang ada di Mekah untuk datang bersama-sama melanjutkan dan merealisasiakan tujuan yang telah mereka sepakati. Sebagai tanda dukungan, ketika Haji Marjuki akan berangkat ke Mekah, ia menyerahkan pakaian putih-putih beserta ikat kepala putih, sebagai mana yang telah diputuskan dalam suatu musyawarah, bahwa sebagai ciri bahwa mereka adalah pejuang dengan tanda memakai ikat kepala.

Dan beberapa hari kemudian sepeninggal H. Marjuki maka meletuslah peristiwa pemberontakan itu, pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888, dengan membantai habis seluruh pejabat Hindia Belanda yang ada di Cilegon. Namun upaya untuk menduduki serta merebut Serang (ibu kota karesidenan Banten) itu tidak semoat berhasil, mungkin ini disebabkan karena sang pemimpin (koordinator) untuk wilayah serang dan sekitarnya (Tanara dan Cikande), yaitu Haji Marjuki telah pergi meninggalkan para pasukan yang berada dibawah pengawasannya. Maka sekali pun pasukan yang sudah disiagakan untuk mengepung kota Serang akhirnya harus dibubarkan pada tanggal pada tanggal 14 Juli. Sebab Haji Wasid dan Haji Tubagus Ismail pada saat itu harus meninggalkan Cilegon dan menuju ke Banten selatan, karena diburu oleh pasukan ekspedisi (gabungan dari Batavia dengan pasukan reguler di Banten).

*Ditulis Oleh Bambang Irawan, pengelola Workshop Sejarah Geger Cilegon 1888.

#Sejarah
close