Foto para pejuang Geger Cilegon
CILEGON— Salah satu rangkaian lanjutan proses pengambilan gambar Film pada Minggu, 6 Maret 2022, yang mengambil lokasi (rumah tua milik Tomi) di Link. Kubang Welut, Kelurahan Samangraya, Kecamatan Citangkil. Di mana adegan tersebut menceritakan para kyai yang sedang bermusyawarah di Link. Seneja, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang tepatnya di kediaman Haji Ishak, pada tanggal 7 Juli 1888, menjelang tanggal 8 Juli tengah malam.
Di mana dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh :
1. Haji Wasyid (Beji)
2. Haji Tubagus Ismail (Gulacir).
3. Haji Abubakar (Keganteran).
4. Haji Muhidin (Cipeucang).
5. Haji Asnawi (Bendung),
6. Haji Sarman (Bengkung).
7. Haji Akhmad (Penghulu Tanara).
"Musyawarah di Seneja ini merupakan penentuan akhir serta sekaligus evaluasi dan pematangan rencana penyerangan, termasuk pengaturan strategi dan kesiapan persenjataan. Dan saat itu mereka sedang menunggu hasil musyawarah di Jombang Wetan, dan apabila Haji Akhya menyetujui usulan rencana penyerangan dilakukan pada tanggal 9 Juli, maka mereka semua akan menindak-lanjuti langkah berikutnya, yaitu menyebarkan berita kepada wilayah-wilayah lainnya, terutama yang pada malam itu para pemimpinnya tidak hadir, seperti H. Mohamad Asik dari Tanara dan para kiya dari Terumbu juga tidak hadir," kata Peneliti Sejarag Geger Cilegon dan Penulis Naskah Film Pemberontakan Petani Banten Bambang Irawan. Kamis (10/3/2022).
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa yang sedang bermusyawarah di Jombang Wetan, di rumah Haji Akhya, diantaranya dihadiri oleh:
1. H. Sangid (Jaha).
2. H. Safiudin (Leuwibeurem).
3. H. Madani (Ciore).
4. H. Halim (Cibeber).
5. H. Mahmud (terate Udik).
6. H. Iskak (Saneja).
7. H. Muhamad Arsyad (Penghulu Kepala Serang).
8. H. Tubagus Kusen (Penghulu Cilegon).
"Dan dalam scene (adegan) ini semua tokoh tersebut, pada malam hari itu juga (tampil) melaporkan hasil musyawarahnya ke Seneja (lokasi shooting Kubang Welut), bahwa H. Akhya telah menyetujui jika penyerangan akan dilakukan pada tanggal 9 Juli 1888," jelasnya.
"Proses penentuan tanggal penyerangan (meletusnya Geger Cilegon 1888) ini sempat mengalami beberapa kali perubahan jadwal) tanggal), yang direncanakan dalam musyawarah-musyawarah yang sebelumnya ditempat yang berbeda," imbuhnya.
Bambang juga menceritakan kegiatan para kiyai mulai dari periode Bulan April 1888, dan untuk periode sebelumnya akan diceritakan pada kesempatan lain. Pada Bulan April 1888, para kyai berkumpul lagi di Kaloran, di rumah Haji Mohamad Singadeli. Disana diputuskan bahwa penyerangan akan dilakukan di Bulan Syura, atau bertepatan dengan bulan September.
"Akan tetapi, sekitar dua bulan kemudian (15 Juni), para pemimpin terkemuka bertemu lagi di rumah Haji Wasyid, di Beji, yaitu: H. Tubagus Ismail, H. Abubakar, Haji Iskak, H. Usman dan Haji Marjuki. Disana mengadakan bermusyawarah lagi untuk menentukan tanggal penyerangan, dan mereka mencapai kesepakatan bahwa pemberontakan dimajukan pada tanggal 12 Juli, atau hari ketiga dibulan Zulkaidah," terangnya.
Seminggu kemudian, (22 Juni) mereka mengadakan rapat akbar dengan agenda penetapan tanggal 12 Juli dimulainya penyerangan. Tapi Haji Marjuki justru tidak setuju, bahkan menentang penetapan ini karena menganggap terlalu cepat. Dia juga akan terpaksa meninggalkan Banten jika hal ini dipaksakan.
"Dalam pertemuan akbar itu (justru) kebanyakan kyai dari afdeling Serang yang tidak menyepakati, karena mengikiti pendapat Haji Marjuki. akan tetapi Haji Wasyid dan Haji Ishak justru berpendapat bahwa tanggal 12 Juli itu dianggap terlalu lama. Dengan menunda-nunda waktu akan merugikan semangat perjuangan, atau buruknya lagi bahwa pemerintah Hindia Belanda akan mencium gerakan mereka ini apabila tidak segera dilaksanakan. Maka akhirnya, dimajukan lagi, penyerangan akan dilakukan pada tanggal 9 Juli 1888, setelah melaui perhitungan (ramalan) para kyai," bebernya.
"Kemudian, Haji Iskak membawa hasil penentuan tanggal penyerangan ini kepada Haji Akhya (tanggal 7 Juli) untuk disyahkan dan disetujui olehnya. Haji Akhya adalah salah seorang kiyai sepuh yang tinggal di Jombang Wetan, dimana wilayah itu menjadi pusat pergerakan dan sekaligus merupakan markas komando jika nanti pemberontakan meletus," sambungnya.
Dan dalam scene ini sedang menceritakan tentang musyawarah yang diadakan di rumah Haji Akhya, yang kemudian hasilnya akan dibahas di rumah Haji Ishak di Seneja. Seperti yang tampak dalam video diatas, mereka memerankan para tokoh, baik itu yang rapat di Jombang Wetan maupun yang berada di Seneja.
Bambang juga meminta do'a dan dukungannya dari masyarakat.Banten, berharap proses pembuatan film Pemberontakan Petani Banten ini dapat berjalan lancar. (*red)
#Sejarah
Komentar
