Melihat Sejarah Pelabuhan Kedua Kesultanan Banten di Puloampel Serang
Minggu, 13 April 2025

Iklan Semua Halaman

Melihat Sejarah Pelabuhan Kedua Kesultanan Banten di Puloampel Serang

Sabtu, 16 April 2022
Potret Pelabuhan Grenyang saat ini

WARTAALBANTANI— Pelabuhan Grenyang yang berada di Kampung Grenyang, Desa Argawana, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang dalam sejarahnya dulu, merupakan pelabuhan kedua Kesultanan Banten, setelah Pelabuhan Karangantu yang letaknya tidak jauh dari keraton.

Tidak sedikit masyarakat Banten bahkan masyarakat Puloampel sendiri yang belum mengetahui asal usul kenapa pelabuhan tersebut dulu diberi nama Grenyang. Dari hasil penguakan sejarah yang menjadi misteri tersebut, belum lama ini warga Kampung Grenyang  mengundang praktisi dari Cobra Albantani untuk menguak tabir misteri asal usul nama Grenyang yang menjadi nama kampung dan pelabuhan.

Melalui mediumisasi ghaib dengan menghadirkan sosok Ki Grenyang ke dalam tubuh mediator, diketahui nama Grenyang sendiri diambil dari nama tokoh bernama Muhammad Abdullah Grenyang, sosok pedagang dari Timur Tengah yang dikenal adil, bijaksana dan jujur.

Dan ketika masuknya kolonial penjajah Belanda ke Banten, Ki Grenyang dipercaya untuk mengurusi segala sesuatu soal perniagaan di Pelabuhan Grenyang oleh Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan yang merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan bapaknya di Banten dari tahun 1570 hingga tahun 1580.

Awal kedatangan Ki Grenyang ke Banten bersama orang tuanya yang sudah menjadi kerabat Kesultanan Banten dan tinggal di keraton. Dan karena penjajahan kolonial Belanda sudah dirasa menggangu aktifitas perniagaan di Pelabuhan Grenyang yang saat itu ramai kapal-kapal besar dari manca negara berlabuh, untuk itulah Ki Grenyang ditugaskan untuk mengamankan harta benda milik keraton dari rampasan penjajah.

Selain didampingi abdi dalam keraton dalam mengemban tugasnya, Ki Grenyang juga bersahabat karib dengan sosok ulama Syeikh Muhammad Jafar yang ditugaskan keraton di kawasan Cikubang atau saat ini kawasan perbatasan Kecamatan Bojonegara-Puloampel, untuk menumpas rongrongan seorang jawara berjuluk Panca Raga yang berpihak kepada kolonial Belanda untuk merampas harta benda dan membuat akses jalan untuk keperluan penjajahan.

Pada suatu kisah diceritakan, kesaktian Syekh Muhammad Ja'far ini mampu mengalahkan Panca Raga yang memiliki ilmu pancasona dengan sebilah keris 'Samber Angin'. Dengan keris ini pula Syekh Jafar membantu Ki Grenyang mengaramkan kapal milik Belanda yang dari Pelabuhan Grenyang hendak berlayar dengan membawa harta benda hasil rampasan. Dari jarak jauh keris tersebut dihantamkan ke serdadu dan kapal, hingga kapal itu karam di perairan sekitar Pulo Panjang.
Kuburan Syekh Muhammad Jafar hingga kini masih dapat ditemui di area Perbukitan di wilayah antara Desa Margagiri- Desa Argawana yang tidak jauh dari Jalan Raya Bojonegara- Puloampel. Sementara Ki Krenyang sendiri diketahui 'Moksa' tidak ada kuburannya, namun petilasannya yang berada di belakang Kampung Grenyang masih dapat ditemui. Dalam pesannya ia mengajak umat Islam agar tidak hanya mengaji pada tulisan yang tersurat dalam kitab suci saja, namun juga mengaji pada apa yang tersirat di dalam diri kita dan yang tersirat di alam semesta.

Maka dari itu, bagi pembaca Warta Albantani muslimin dan muslimat yang budiman, tidak ada salahnya kalau kita menyempatkan waktu sejenak untuk mengirimkan do'a atau Surat Alfatihah kepada kedua tokoh kharismatik tersebut, yang turut membantu penyebaran Agama Islam yang saat itu terpusat di Kesulatan Banten, dan juga sebagai sosok pahlawan yang berjuang melawan kedzaliman Kolonial Belanda.

Dan kembali pada Pelabuhan Grenyang saat ini, meski keberadaannya jauh tidak seramai pada masa Kesultanan Banten dulu. Di mana kini di Pelabuhan Grenyang hanya terdapat perahu-perahu berukuran sedang yang bersandar untuk melayani perniagaan masyarakat dari Pulo Panjang yang hendak menyebrang Pulau Jawa saja. Namun demikian, di sekitar pelabuhan bahkan di sepanjang perairan Bojonegara-Puloampel atau Teluk Banten, banyak berlabuh dan melintas kapal-kapal berukuran raksasa, baik untuk berniaga barang maupun untuk sekadar sandar perbaikan atau merepair kapal di beberapa galangan atau docking yang keberadaannya beriringan dengan perusahaan lainnya.

Itulah sekilas cerita sejarah dari cikal bakal yang pernah ditanamkan para tokoh pendahulu kita untuk anak cucunya, yang perlu dikenang dan dihormati. Wallahu'alam Bishowab. (*)

(*) dari berbagai sumber

#Sejarah
close