Illustrasi Pemilu 2024
Oleh: Hasanudin
Dalam Pemilu Pergantian Presiden dan Wakil Presiden 2024, Lembaga Survey, parpol dan elit politisi berkontestasi pada keterkenalan (popularitas) calon.
Tiap hari hitung hasil popularitas, mengkalkulasi keterkenalan semata.
Politik populisme ini berbahaya.
Kita tidak bisa menggantungkan nasib pada keterkenalan calon.
Populisme model ini hanyalah demi kepentingan pragmatis semata untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang tujuannya semata kekuasaan.
Semestinya Lembaga Survey, Parpol dan Elit Politik mulai menggagas konsepsi kedepan, program dan rancangan perubahan apa yang ditawarkan dalam mengatasi banyak masalah.
Baik soal hutang luar negeri, isue korupsi, kepastian hukum, kemiskinan, pengangguran dan krisis global.
Harus jelas kontrak gagasannya kedepan pasca Presiden Jokowi berakhir.
Jangan seperti saat ini, 2 Figur calon (Ganjar Pranowo dan Anies baswedan) dijadikan kelinci percobaan politik populisme.
Dari 2 wajah ini kita tidak menemukan solusi apa-apa.
Mestinya isi kepalanya yang dielaborasi.
Khususnya isi kepala parpol pengusungnya.
Kami berharap Lembaga Survey dapat mengedukasi pemilih dan menempatkan Pemilu 2024 sebagai ruang perdebatan program.
Jangan angka-angka statistik diliberalisasi untuk kepentingan mendongkrak popularitas seseorang atas nama survey.
Jakarta, 23 September 2022
*Penulis: Hasanuddin
(Koordinator SIAGA 98)
#Opini